“Aku akan berbicara dengannya. Tenanglah,” bujuk
Pangeran Niru.
“Dia
iri denganku,” ungkapku seakan tidak mendengar kata-kata Pangeran Niru. “Aku
sering mendengar dayang-dayang yang mengatakan Putri Shahana selalu kesal jika
aku muncul di istana. Dia pasti ingin melihatku menderita,” lanjutku gelisah.
Aku tahu Putri Shahana iri dengan kecantikanku. Aku bukannya melebih-lebihkan
kalau aku cantik. Tapi memang sejak kecil semua orang memuji kecantikanku.
Kecantikan yang justru membawa bencana dengan menarik hati Pangeran Aphrez dan
membuat iri Putri Shahana. Dan dengan diamnya Pangeran Niru dan Pak Gaspar
membuktikan kata-kataku benar. Putri Shahana memang cantik. Tapi tidak cukup
cantik jika dibandingkan denganku. Keangkuhan membuatnya tidak ingin disaingi
oleh siapa pun. Jika bukan karena Pangeran Aphrez yang mengancamnya apabila
macam-macam denganku dan ditambah kedekatanku dengan Pangeran Niru, dia pasti
sudah mencelakaiku dari dulu. Jika ada kesempatan membuatku menderita pasti
akan dilakukannya. Dan… tampaknya dia sudah menemukan momen yang pas. Jika Pangeran
Aphrez mengetahui ini, dia akan mengurungku dalam istana dengan berbagai alasan
dan tujuan.
“Aku
akan menyusulnya.” Pangeran Niru berdiri dan berlalu dengan tergesa, merasa
bersalah karena suara kerasnya tadi.
“Nak…
semua akan baik-baik saja, tidak perlu terlalu dikhawatirkan,” ucap Pak Gaspar juga berusaha menenangkan.
Namun, melihatku yang tidak menggubrisnya, membuatnya sadar jika itu sia-sia.
Kami terdiam agak lama. Menanti-nanti apa yang akan terjadi.
“Ah!!”
serunya menarik sedikit perhatian. “Apa ruangan rahasia bisa sedikit
menenangkanmu?” bujuk Pak Gaspar dengan wajah lucu.
Aku
melupakan kegelisahanku sebentar setelah mendengarnya dan menyerongkan badanku
sedikit. Pak Gaspar berhasil meraih perhatianku.
“Bukankah
ruangan itu tidak ada yang mengetahui letaknya setelah Raja Saroush wafat?”
tanyaku balik. Raja Saroush adalah kakek dari Pangeran Niru.
“Jika
tidak ada yang mengetahuinya, itu kurang tepat. Aku menemukannya. Raja dan para
petinggi istana sudah mengetahuinya, tapi memintaku merahasiakannya. Hanya
meminta, bukan menyuruh. Karena mereka tidak tertarik pada buku-buku favorit
Raja Saroush yang gemar membaca. Mereka hanya tertarik pada konstelasi
perbintangan Hatysa,” jawab Pak Gaspar panjang-lebar.
Konstelasi? Perbintangan? Mataku
berbinar. “Maksudnya papan konstelasi misterius yang sempat kulihat saat di
antar ke ruang kerja raja?” tanyaku tidak sabar. Pak Gaspar mengangguk.
“Itu adalah replika. Saat kau
melihatnya, papan itu baru selesai dibuat dengan ukuran yang sedikit lebih kecil
dari aslinya dan di antar ke ruang kerja raja untuk mendiskusikannya bersama
para petinggi kerajaan.
0 komentar:
Posting Komentar