23
Oktober



            “Aku akan berbicara dengannya. Tenanglah,” bujuk Pangeran Niru.
            “Dia iri denganku,” ungkapku seakan tidak mendengar kata-kata Pangeran Niru. “Aku sering mendengar dayang-dayang yang mengatakan Putri Shahana selalu kesal jika aku muncul di istana. Dia pasti ingin melihatku menderita,” lanjutku gelisah. Aku tahu Putri Shahana iri dengan kecantikanku. Aku bukannya melebih-lebihkan kalau aku cantik. Tapi memang sejak kecil semua orang memuji kecantikanku. Kecantikan yang justru membawa bencana dengan menarik hati Pangeran Aphrez dan membuat iri Putri Shahana. Dan dengan diamnya Pangeran Niru dan Pak Gaspar membuktikan kata-kataku benar. Putri Shahana memang cantik. Tapi tidak cukup cantik jika dibandingkan denganku. Keangkuhan membuatnya tidak ingin disaingi oleh siapa pun. Jika bukan karena Pangeran Aphrez yang mengancamnya apabila macam-macam denganku dan ditambah kedekatanku dengan Pangeran Niru, dia pasti sudah mencelakaiku dari dulu. Jika ada kesempatan membuatku menderita pasti akan dilakukannya. Dan… tampaknya dia sudah menemukan momen yang pas. Jika Pangeran Aphrez mengetahui ini, dia akan mengurungku dalam istana dengan berbagai alasan dan tujuan.
            “Aku akan menyusulnya.” Pangeran Niru berdiri dan berlalu dengan tergesa, merasa bersalah karena suara kerasnya tadi.
            “Nak… semua akan baik-baik saja, tidak perlu terlalu dikhawatirkan,”  ucap Pak Gaspar juga berusaha menenangkan. Namun, melihatku yang tidak menggubrisnya, membuatnya sadar jika itu sia-sia. Kami terdiam agak lama. Menanti-nanti apa yang akan terjadi.
            “Ah!!” serunya menarik sedikit perhatian. “Apa ruangan rahasia bisa sedikit menenangkanmu?” bujuk Pak Gaspar dengan wajah lucu.
            Aku melupakan kegelisahanku sebentar setelah mendengarnya dan menyerongkan badanku sedikit. Pak Gaspar berhasil meraih perhatianku.
            “Bukankah ruangan itu tidak ada yang mengetahui letaknya setelah Raja Saroush wafat?” tanyaku balik. Raja Saroush adalah kakek dari Pangeran Niru.
            “Jika tidak ada yang mengetahuinya, itu kurang tepat. Aku menemukannya. Raja dan para petinggi istana sudah mengetahuinya, tapi memintaku merahasiakannya. Hanya meminta, bukan menyuruh. Karena mereka tidak tertarik pada buku-buku favorit Raja Saroush yang gemar membaca. Mereka hanya tertarik pada konstelasi perbintangan Hatysa,” jawab Pak Gaspar panjang-lebar.
            Konstelasi? Perbintangan? Mataku berbinar. “Maksudnya papan konstelasi misterius yang sempat kulihat saat di antar ke ruang kerja raja?” tanyaku tidak sabar. Pak Gaspar mengangguk.
            “Itu adalah replika. Saat kau melihatnya, papan itu baru selesai dibuat dengan ukuran yang sedikit lebih kecil dari aslinya dan di antar ke ruang kerja raja untuk mendiskusikannya bersama para petinggi kerajaan.

0 komentar:

Posting Komentar