Tiba-tiba… konsentrasiku buyar setelah melihat
seringai menjijikan menghadang lima langkah di depan. Makhluk tambun pemilik
seringai itu bersender malas di pagar pendek berukir indah yang menjadi
pembatas koridor menuju perpustakaan dan taman kerajaan. Dan makhluk itu adalah
putra mahkota egois yang berpikir dia bisa mendapatkan segalanya termasuk
diriku. Kadang-kadang dia menungguku di situ. Makhluk inilah satu-satunya yang
membuatku tidak menyukai perjalanan menuju perpustakaan.
“Hai
cantik… aku tidak melihatmu di pesta penutupan tadi malam,” sapanya tanpa
basa-basi.
Aku
tersenyum terpaksa. “Yahh… aku tidak bisa menari jadi lebih baik aku tidur
saja”—lebih tepatnya berusaha keras untuk dapat tidur. Aku sengaja menggunakan
alasan ini karena memang inti dari pesta tadi malam adalah tarian sebagai
ucapan syukur atas panjang umurnya sang raja. Semua orang tumpah ruah di
jalan-jalan dan menari dengan siapa saja yang mau menari bersama, bahkan yang
menari sendiri tidak sedikit. Kuduga dia akan mengatakan bahwa dia ingin
mengajakku berdansa.
“Ah…begitu
rupanya. Padahal aku ingin mengajakmu berdansa.”—sesuai dugaan—“Sebelumnya kita
bisa berlatih terlebih dahulu.” Dia terdiam sebentar, lalu menoleh ke arah
pintu perpustakaan yang masih jauh di ujung koridor dan kembali beralih
kepadaku. Menilai dari atas ke bawah dengan pandangan yang tidak kusukai.
Tatapannya menyiratkan…
“Kau
terlalu cantik untuk gudang buku berdebu dan suram itu. Kau lebih cocok jadi
dayang ataupun… selir—selirku tentunya,” ucapnya menyeringai. Hoek… apa
katanya? Selir?! Lebih baik aku mati!
Kucoba
tetap tersenyum. Ini sudah kuhadapi hampir setiap hari. “Maaf Yang Mulia. Saya
tidak suka menjadi selir yang notabene hanya untuk menyenangkan laki-laki yang
kebetulan merupakan putra mahkota. Seperti boneka yang dimainkan rasanya,”
sindirku dengan suara tenang.
Dia
manggut-manggut dan tampak sibuk berpikir. Entah apa yang dipikirkan dengan
otaknya yang dangkal itu. “Memang sulit,” katanya. “Tidak mungkin aku
menjadikanmu permaisuriku. Raja tidak akan suka putra mahkotanya mengambil
gadis dari kalangan bawah. Pasti dia menyuruhku mengambilmu sebagai selir. Dia
ingin aku menikah dengan putri kerajaan lain untuk memperluas kerajaan atau
sekedar menguatkan hubungan antar kerajaan. Atau minimal putri bangsawan, aku…
“ Sebelum aku meledak mendengar pernyataannya yang merendahkan diriku lebih
lanjut, aku berjalan cepat melewatinya. Bahkan, saat aku akan menghilang di
balik pintu besar yang kokoh, sayup-sayup ku dengar dia berteriak mengatakan,
“kau akan menjadi selir favoritku yang paling istimewa!!” Gila!
0 komentar:
Posting Komentar