Grek… grek… BRAK!!
Terdengar
olehku suara pintu masuk di tutup. Mengalihkanku dari buku yang sedang kubaca.
“Siapa yang menutup pintu? Apakah Pak Gaspar? Ada apa?” Sekelebat tanda tanya
memenuhi pikiranku. Tapi tetap ku coba berpikir positif. “Ah… mungkin Pak
Gaspar tidak ingin ketahuan membawa seseorang masuk ke ruang rahasia ini.
Bukankah dia di larang memberi tahu siapa pun.” Konsentrasiku pun kembali
kepada buku.
...Hingga kini, sang putri
yang ambisius sendirian dan terlupakan di dalam istana. Berharap akan ada yang
melepaskannya suatu hari nanti.
***
Aku menarik nafas
dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras. Berbagai pikiran berkecamuk di
dalam kepalaku. Apa cerita ini benar?
Penakluk seperti itu benar-benar ada? Terdengar seperti dongeng. Tapi jika
dongeng mengapa disimpan di dalam ruang rahasia dan diturunkan dari generasi ke
generasi? Putri dari kerajaan sebelah tenggara? Mungkinkah putri pendahulu dari
kerajaan ini? Apa karena itu cerita ini tidak disebarluaskan di kerajaan?
Karena malu mempunyai putri pengkhianat? Apa berarti penakluk-penakluk yang
datang sesudahnya pun tidak mengetahui cerita ini? Tapi apa yang ingin diberi
tahu Pak Gaspar dengan menunjukkan buku ini? Aku berasumsi sendiri.
Aku pun mengambil buku
selanjutnya, ‘Bahasa Kuno Perbintangan.’ Sebersit pikiran lain melintas.
Tampaknya aku masih asik memikirkan cerita ‘Para Penakluk’ tersebut. Kira-kira siapakah penakluk selanjutnya?
Mungkinkah tahun ini dia akan datang? Mungkin juga aku bisa minta tolong
dengannya agar Pangeran Aphrez menjauhiku. Pikirku geli. Diliputi rasa
penasaran lain, aku tidak jadi membaca buku ‘Bahasa Kuno Perbintangan’ dan
menaruhnya di kursi kembali. Aku bangkit dan menuju batu besar di tengah
ruangan lalu melongokkan kepala melihat ke dalam kolam. Aku terperangah. Batu Oyra
sudah bercahaya setengahnya. Ku tengadahkan kepala ke langit-langit. Dua batu
safir mulai bersinar lemah dan yang lain-lain kehilangan sinarnya.
0 komentar:
Posting Komentar