29
Oktober


Grek… grek… BRAK!!
Terdengar olehku suara pintu masuk di tutup. Mengalihkanku dari buku yang sedang kubaca. “Siapa yang menutup pintu? Apakah Pak Gaspar? Ada apa?” Sekelebat tanda tanya memenuhi pikiranku. Tapi tetap ku coba berpikir positif. “Ah… mungkin Pak Gaspar tidak ingin ketahuan membawa seseorang masuk ke ruang rahasia ini. Bukankah dia di larang memberi tahu siapa pun.” Konsentrasiku pun kembali kepada buku.


...Hingga kini, sang putri yang ambisius sendirian dan terlupakan di dalam istana. Berharap akan ada yang melepaskannya suatu hari nanti.
***

Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras. Berbagai pikiran berkecamuk di dalam kepalaku. Apa cerita ini benar? Penakluk seperti itu benar-benar ada? Terdengar seperti dongeng. Tapi jika dongeng mengapa disimpan di dalam ruang rahasia dan diturunkan dari generasi ke generasi? Putri dari kerajaan sebelah tenggara? Mungkinkah putri pendahulu dari kerajaan ini? Apa karena itu cerita ini tidak disebarluaskan di kerajaan? Karena malu mempunyai putri pengkhianat? Apa berarti penakluk-penakluk yang datang sesudahnya pun tidak mengetahui cerita ini? Tapi apa yang ingin diberi tahu Pak Gaspar dengan menunjukkan buku ini? Aku berasumsi sendiri.
Aku pun mengambil buku selanjutnya, ‘Bahasa Kuno Perbintangan.’ Sebersit pikiran lain melintas. Tampaknya aku masih asik memikirkan cerita ‘Para Penakluk’ tersebut. Kira-kira siapakah penakluk selanjutnya? Mungkinkah tahun ini dia akan datang? Mungkin juga aku bisa minta tolong dengannya agar Pangeran Aphrez menjauhiku. Pikirku geli. Diliputi rasa penasaran lain, aku tidak jadi membaca buku ‘Bahasa Kuno Perbintangan’ dan menaruhnya di kursi kembali. Aku bangkit dan menuju batu besar di tengah ruangan lalu melongokkan kepala melihat ke dalam kolam. Aku terperangah. Batu Oyra sudah bercahaya setengahnya. Ku tengadahkan kepala ke langit-langit. Dua batu safir mulai bersinar lemah dan yang lain-lain kehilangan sinarnya.

0 komentar:

Posting Komentar