29
Oktober


Aku mengangguk. “Saat Pak Gaspar keluar pertama kali dan ku kembalikan batu Oyra, baru ujungnya saja yang bercahaya. Sesaat sebelum kita keluar batu itu sudah bercahaya setengah.”
Wajah Pak Gaspar berubah takjub. “Mungkin kau benar, mungkin kita bisa meminta pertolongannya.”
“Yeah jika bukan saudara-saudariku yang jadi penakluk. Kalau aku, aku bersedia saja membantu,” potong Pangeran Niru.
Tidak lama kemudian, derap kaki beberapa pengawal bergema melangkah ke arah perpustakaan. Kami pun panik. Dinding-dinding perpustakaan ini penuh dengan jendela-jendela besar, tetapi jendela-jendela tersebut berteralis.
“Cepat keluar dari jendela itu!” seru Pak Gaspar memberi jalan keluar sambil menunjuk ke arah jendela kecil di atas salah satu rak buku yang tidak berteralis.
Aku pun memanjat rak buku tersebut dengan terburu-buru.
“Pergilah ke arah hutan di dekat air terjun. Di situ jauh dari pos penjaga dan jarang patroli kerajaan melintas. Tunggu sampai ku bawa berita tentang situasi aman atau tentang sang penakluk,” pesan Pak Gaspar dengan suara berbisik selagi aku memanjat.
Setelah berhasil mencapai jendela, aku melompat ke semak-semak di samping dinding perpustakaan dan langsung merunduk ke samping semak-semak bertepatan dengan masuknya beberapa pengawal. Aku tidak ingin membuang waktu dengan mendengarkan mereka. Aku merayap di samping semak yang tumbuh di sepanjang dinding perpustakaan bagian luar.
Sesampainya di sudut, semak-semak pun berakhir. Aku bangkit dan berlari. Namun, tanpa sengaja menabrak salah seorang pekerja taman yang sepertinya baru saja merapikan taman pojok istana. Perhatian para pengawal teralihkan kepada kami. Mereka berteriak menyuruhku diam di tempat dan secepat mereka keluar perpustakaan untuk menangkapku, secepat itu pula aku bangkit kembali dan berlari. Tiba-tiba lenganku ditarik oleh seseorang. Pangeran Behrooz! Ia memaksaku mengikutinya menuju salah satu sisi pagar istana yang mepet dengan salah satu bangunan. Sisi pagar tersebut kurang di rawat sehingga beberapa sulur tanaman merambat menjalari tembok. Setelah menyatukan beberapa sulur dan memastikannya cukup kuat, ia memberikannya padaku.
          “Naiklah, ini cukup aman,” ucapnya. Pangeran Behrooz lalu pergi tanpa aku sempat berterima kasih. Mungkin ia tidak ingin ketahuan terlibat dalam melarikanku. Kupanjat dinding tersebut tanpa memperdulikan suara-suara pengawal yang mulai mendekat. Setelah memanjati tembok istana yang sangat tinggi, aku menyeimbangkan badanku untuk berjalan perlahan di atas pagar istana mendekati pohon yang tumbuh di luar pagar dan paling dekat dengan tembok. Sisi istana sebelah timur ini memang langsung bersisian dengan hutan yang dimaksud Pak Gaspar yang mengelilingi kota dan istana. 

0 komentar:

Posting Komentar