Aku mengangguk. “Saat
Pak Gaspar keluar pertama kali dan ku kembalikan batu Oyra, baru ujungnya saja
yang bercahaya. Sesaat sebelum kita keluar batu itu sudah bercahaya setengah.”
Wajah Pak Gaspar
berubah takjub. “Mungkin kau benar, mungkin kita bisa meminta pertolongannya.”
“Yeah jika bukan
saudara-saudariku yang jadi penakluk. Kalau aku, aku bersedia saja membantu,”
potong Pangeran Niru.
Tidak lama kemudian,
derap kaki beberapa pengawal bergema melangkah ke arah perpustakaan. Kami pun
panik. Dinding-dinding perpustakaan ini penuh dengan jendela-jendela besar,
tetapi jendela-jendela tersebut berteralis.
“Cepat keluar dari
jendela itu!” seru Pak Gaspar memberi jalan keluar sambil menunjuk ke arah
jendela kecil di atas salah satu rak buku yang tidak berteralis.
Aku pun memanjat rak
buku tersebut dengan terburu-buru.
“Pergilah ke arah hutan
di dekat air terjun. Di situ jauh dari pos penjaga dan jarang patroli kerajaan
melintas. Tunggu sampai ku bawa berita tentang situasi aman atau tentang sang
penakluk,” pesan Pak Gaspar dengan suara berbisik selagi aku memanjat.
Setelah berhasil
mencapai jendela, aku melompat ke semak-semak di samping dinding perpustakaan
dan langsung merunduk ke samping semak-semak bertepatan dengan masuknya
beberapa pengawal. Aku tidak ingin membuang waktu dengan mendengarkan mereka.
Aku merayap di samping semak yang tumbuh di sepanjang dinding perpustakaan
bagian luar.
Sesampainya di sudut,
semak-semak pun berakhir. Aku bangkit dan berlari. Namun, tanpa sengaja
menabrak salah seorang pekerja taman yang sepertinya baru saja merapikan taman pojok
istana. Perhatian para pengawal teralihkan kepada kami. Mereka berteriak
menyuruhku diam di tempat dan secepat mereka keluar perpustakaan untuk
menangkapku, secepat itu pula aku bangkit kembali dan berlari. Tiba-tiba
lenganku ditarik oleh seseorang. Pangeran Behrooz! Ia memaksaku mengikutinya
menuju salah satu sisi pagar istana yang mepet dengan salah satu bangunan. Sisi
pagar tersebut kurang di rawat sehingga beberapa sulur tanaman merambat
menjalari tembok. Setelah menyatukan beberapa sulur dan memastikannya cukup
kuat, ia memberikannya padaku.
“Naiklah, ini cukup
aman,” ucapnya. Pangeran Behrooz lalu pergi tanpa aku sempat berterima kasih.
Mungkin ia tidak ingin ketahuan terlibat dalam melarikanku. Kupanjat dinding
tersebut tanpa memperdulikan suara-suara pengawal yang mulai mendekat. Setelah
memanjati tembok istana yang sangat tinggi, aku menyeimbangkan badanku untuk
berjalan perlahan di atas pagar istana mendekati pohon yang tumbuh di luar pagar
dan paling dekat dengan tembok. Sisi istana sebelah timur ini memang langsung
bersisian dengan hutan yang dimaksud Pak Gaspar yang mengelilingi kota dan
istana.
0 komentar:
Posting Komentar