29
Oktober


“Apa… apa yang dikatakannya?” tanyaku lagi dengan gusar.
“Dia berkata bahwa kau akan pergi malam ini juga. Dan bahwa kau mempunyai kekasih di ibu kota serta bersiap-siap pergi diam-diam dengan kekasihmu. Aphrez kalap dan segera menyuruh seluruh pengawal yang dimilikinya untuk mencarimu. Putri Shahana pun ikut meminjamkan pengawalnya,” terang Pangeran Niru lagi. Seluruh keluarga kerajaan punya beberapa pengawal yang menjaganya.
“Kekasih! Aku punya kekasih! Pergi diam-diam! Untuk apa? Benar-benar isu murahan!” umpatku dengan frustasi.” Oh… tidak… apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar takut, aku tidak ingin dinikahi Pangeran Aphrez. Tidak sekalipun jadi permaisurinya. Putri Shahana benar-benar mencelakaiku sekarang.”
“Tenangkanlah pikiranmu terlebih dahulu. Selain itu, sebaiknya kita keluar dari sini. Aku khawatir kalau-kalau ada yang mencoba mencarimu di sini,” usul Pak Gaspar. Kami pun segera keluar dari ruang rahasia dan Pak Gaspar menutupnya.
“Apa tidak ada tempat persembunyian yang lain di kota ataupun kerajaan ini? Mungkin penakluk itu bukan Pangeran Behrooz ataupun Putri Shahana. Mungkin kita bisa meminta tolong padanya.” Aku langsung mengoceh sendiri dan berjalan mondar-mandir dengan gelisah.
Pangeran Niru dan Pak Gaspar saling berpandangan.
“Penakluk?” tanya Pangeran Niru.
“Ya… penakluk yang dalam cerita legenda mereka mendapatkan kekuatan dari bulan biru. Jika cerita itu benar, salah satunya seharusnya ada di kerajaan ini kan,” jawabku sambil terus memikirkan tempat bersembunyi yang aman dari kejaran pengawal. Perbukitan di mana istana dan ibu kota kerajaan berada cukup luas. Namun, apabila Pangeran Aphrez bertindak lebih jauh, tentu dengan mudah pengawalnya menyisir perbukitan.
“Dari mana kau mengetahuinya?” pertanyaan Pangeran Niru membuyarkan pemikiranku.
“Aku rasa hanya keluarga raja saja yang mengetahuinya. Itu pun diceritakan dari mulut ke mulut dan kami harus merahasiakannya,” lanjutnya.
Aku menunjuk ukiran naga tempat masuk ke ruang rahasia. “Tertulis jelas cerita lengkapnya di salah satu buku di ruang rahasia.” Pangeran Niru terperangah tidak percaya. Kelihatannya ia meyakini itu rahasia sakral yang harus dijaga rapat-rapat.
“Tunggu sebentar, tadi kau berkata ingin minta tolong pada penakluk itu. Apa ini sudah waktu kemunculannya?” tanya Pak Gaspar.

1 komentar:

karena sibuk (sekali lagi, dekat dengan uts) maka untuk tanggal 24(hal.8), 25(hal.9), 26(hal.10), 27(hal.11), 28(hal.12), diposting bersama tanggal 29(halm. 13) :)

Posting Komentar