“Apa… apa yang
dikatakannya?” tanyaku lagi dengan gusar.
“Dia berkata bahwa kau
akan pergi malam ini juga. Dan bahwa kau mempunyai kekasih di ibu kota serta
bersiap-siap pergi diam-diam dengan kekasihmu. Aphrez kalap dan segera menyuruh
seluruh pengawal yang dimilikinya untuk mencarimu. Putri Shahana pun ikut
meminjamkan pengawalnya,” terang Pangeran Niru lagi. Seluruh keluarga kerajaan
punya beberapa pengawal yang menjaganya.
“Kekasih! Aku punya
kekasih! Pergi diam-diam! Untuk apa? Benar-benar isu murahan!” umpatku dengan frustasi.”
Oh… tidak… apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar takut, aku tidak ingin
dinikahi Pangeran Aphrez. Tidak sekalipun jadi permaisurinya. Putri Shahana
benar-benar mencelakaiku sekarang.”
“Tenangkanlah pikiranmu
terlebih dahulu. Selain itu, sebaiknya kita keluar dari sini. Aku khawatir
kalau-kalau ada yang mencoba mencarimu di sini,” usul Pak Gaspar. Kami pun segera
keluar dari ruang rahasia dan Pak Gaspar menutupnya.
“Apa tidak ada tempat
persembunyian yang lain di kota ataupun kerajaan ini? Mungkin penakluk itu
bukan Pangeran Behrooz ataupun Putri Shahana. Mungkin kita bisa meminta tolong
padanya.” Aku langsung mengoceh sendiri dan berjalan mondar-mandir dengan
gelisah.
Pangeran Niru dan Pak
Gaspar saling berpandangan.
“Penakluk?” tanya
Pangeran Niru.
“Ya… penakluk yang
dalam cerita legenda mereka mendapatkan kekuatan dari bulan biru. Jika cerita
itu benar, salah satunya seharusnya ada di kerajaan ini kan,” jawabku sambil
terus memikirkan tempat bersembunyi yang aman dari kejaran pengawal. Perbukitan di mana istana dan ibu kota
kerajaan berada cukup luas. Namun, apabila Pangeran Aphrez bertindak lebih
jauh, tentu dengan mudah pengawalnya menyisir perbukitan.
“Dari mana kau
mengetahuinya?” pertanyaan Pangeran Niru membuyarkan pemikiranku.
“Aku rasa hanya
keluarga raja saja yang mengetahuinya. Itu pun diceritakan dari mulut ke mulut
dan kami harus merahasiakannya,” lanjutnya.
Aku menunjuk ukiran
naga tempat masuk ke ruang rahasia. “Tertulis jelas cerita lengkapnya di salah
satu buku di ruang rahasia.” Pangeran Niru terperangah tidak percaya.
Kelihatannya ia meyakini itu rahasia sakral yang harus dijaga rapat-rapat.
“Tunggu sebentar, tadi
kau berkata ingin minta tolong pada penakluk itu. Apa ini sudah waktu
kemunculannya?” tanya Pak Gaspar.
1 komentar:
karena sibuk (sekali lagi, dekat dengan uts) maka untuk tanggal 24(hal.8), 25(hal.9), 26(hal.10), 27(hal.11), 28(hal.12), diposting bersama tanggal 29(halm. 13) :)
Posting Komentar