Kurasakan kembali rasa yang indah
Seindah kembang api yang menghiasi angkasa yang terlihat menakjubkan tadi malam
Memang sudah kuputuskan akan berhenti mengharap cintanya
Memang sudah memutuskan berhenti mengejar bayangnya
Tapi rasa indah itu selalu terselip di dalam hari-hari
Bahkan hanya melihat sebuah singkatan namanya dapat melambungkan rasa
Ini tidaklah direncanakan
Sesuatu yang indah memang jarang yang direncanakan
Padahal belum genap setahun aku mengenal
Melihat kembali ke masa-masa lampau
Bagaimana hatiku tertambat padanya
Kumulai merasa tertarik di suatu pantai
Saat sedang memandangi luas langit biru
Tanpa sengaja aku berada dekat dengannya
Aku memang merasa tertarik, tapi aku menepis
Aku takut dan tahu diri
Yang memandangnya pun tidak berani
Lama tidak bertemu
Rasa yang sudah ditepis itu menghilang
Tapi muncul kembali di suatu kesempatan
Lagi-lagi rasa itu ku tepis
Karena memandang punggungnya bercengkrama bersama gadis lain
Aku tahu diri
Jangankan bercengkrama, bertatap muka pun tidak berani
Aku selalu memalingkan pandangan
Selesai kesempatan itu, tidak lama ia menyapaku
Menyapa untuk hal-hal berkaitan dengan gadis yang tadi bercengkrama dengannya
Sakit terasa, tapi aku menanggapinya
Aku beri hal-hal yg dia inginkan
Aku mencoba menepis, mencoba kembali melupakan
Kembali tidak bertemu dengannya
Kembali rasa itu tertidur
Kadang kala, di kesempatan-kesempatan yang jarang
Aku bertemu
Tapi aku coba menahan
Dan aku bisa
Bahkan sempat sekali aku duduk berdekatan
Lucunya, di antara kesempatan itu
Dia mengatakan aku tidak punya kepekaan
Lantas ku bertanya dalam hati, apa aku pernah berbuat salah padanya?
Aku menanyakan, tapi dia tidak menjelaskan
Suatu hari yang sibuk,
Ia datang
Entah mengapa kali ini rasa itu menggebu-gebu dalam hati
Padahal biasanya dapat kutahan
Aku mencoba bercengkrama dengan santai
Aku tidak tahu apa saat itu aku terlihat biasa saja
Aku hanya berharap dia tidak tahu aku menaruh hati padanya
Karena aku sadar diri, sadar akan yang namanya kepantasan
Kala itu ia menunjukkan sebuah tulisan
Menunjukkan perasaannya
Lantas dalam hati aku berfikir, dia membicarakan gadis yang dicintainya
Aku hanya bisa tersenyum
Menahan gejolak karena aku tahu bukan aku yang dimaksud
Dia menghapus tulisannya sebelum tuntas kubaca
Aku lega
Karena mungkin saja akan ada nama seorang gadis di akhir tulisannya
Dan aku tidak ingin membenci gadis itu karena dapat menarik hatinya
Pernah suatu ketika, aku menginginkan sesuatu
Dan tiba-tiba ia memamerkannya
Sederhana saja, tapi sempat melambungkan asa
Aku memintanya, tapi ia menolak
Kucoba lagi, dan sama saja
Harusnya aku tahu
Dia memamerkan bukan untukku
Baru-baru ini di kesempatan lain
Ia bersama seorang gadis
Memang gadis lain dari yang waktu itu ia tanyakan
Mereka hanya berdua
Mungkin gadis itu yang ada dalam tulisannya
Gadis itu tertawa padanya
Mungkin tawa itu yang memikat hatinya
Aku tidak sanggup melihat lebih lama
Sakit di hati yang terasa bagai diremukkan lantas terbakar api
Menyakitkan memang, tapi akhirnya ada sebuah kejelasan
Bukan lagi terkaan
Bahwa telah ada seseorang yang mengisi relung hatinya
Meski bukan aku
Aku tahu inilah waktunya mundur
Dan mengubur rasa dalam-dalam
Aku tidak mau menginginkan hati, yang telah dimiliki orang lain
Mundur tapi tidak lantas menjauh
Aku mencoba bercengkrama
Meski dengan rasa baru, berharap dapat mencoba dekat dengan berteman
Tapi aku tidak lagi berharap cintanya
Dirinya yang bahkan lebih sering tidak menanggapiku
Tapi pagi ini aku sadari
Rasa baru itu pun masih tetap ternoda rasa yang lama
Rasa yang menginginkan dirinya
Apa yang harus kulakukan?
Apa aku harus memberi tahunya perasaanku
Agar ia menolakku mentah-mentah
Jika itu satu-satunya cara yang membuatku sadar diri hingga membunuh perasaan ini, akan ku lakukan
Apakah sekarang saatnya?
Tidak, aku belum siap
Akan kuberi tahu saat aku akan pergi
Aku akan pergi karena tidak ada lagi yang menahanku disini
Sehingga melupakan akan lebih mudah jika terpisah jarak